Nangis Bacanya !!! Kisah ...Aku sering memukul dan memarahi ibuku, namun setelah kejadian itu aku sangat menyesali itu semua...


Ini adalah kisahku yang memiliki ibu seorang penderita keterbelakangan mental. Keluarga ayah sangatlah miskin, mereka tidak punya uang untuk menikahkan ayah dengan seorang istri, juga tidak ada yang bersedia menikah dengannya.
Sehari-hari Ayah bekerja ke gunung mencari batu dan menghaluskannya untuk dijual dengan imbalan uang yang tidak seberapa. Suatu hari, ia bertemu ibuku saat dalam perjalanan pulang ke rumah, karena iba ia membawa ibuku pulang bersamanya.
Awalnya, nenek bersikeras tidak membolehkan ibu masuk ke rumah, “Coba kau lihat dirinya, seperti wanita gila,” kata nenek saat itu. Namun Ayah tidak tega mengusir ibu, lalu meminta ibu tidur di gudang kayu. Karena khawatir ibu kedinginan, tengah malam ayah membawakan selimut untuk ibu.
Ibu sangat suka tinggal di rumah Ayah dan tak ingin pergi. Pagi-pagi sekali ibu sudah bangun dan langsung sibuk kerja di halaman rumah. Lama kelamaan ayah menyukainya dan memintanya untuk hidup bersama sebagai suami istri. Tentu saja rencana Ayah itu ditentang oleh nenek, namun yah tetap bersikeras. Lalu dalam benaknya nenek berpikir biarlah ibu menikah dengan ayah, nanti kalau sudah punya anak barulah diusir.
Ibuku seorang wanita bodoh, apa pun yang diajarikan padanya selalu tak bisa dilakukannya dengan baik. Sering memecahkan mangkuk, dan nenek juga kerap memukulnya, menyumpah serapah ibuku dengan sebutan wanita pembawa sial.
Setelah beberapa bulan terjadilah peristiwa yang membuat gempar seisi rumah, perut ibuku semakin besar! Ya ia hamil. ketika diperiksa di rumah sakit, dokter mengatakan masa kehamilan ibu sudah berjalan enam bulan, sebenarnya ini adalah kabar yang baik, tapi ibu dan ayah saya baru empat bulan hidup bersama, artinya anak dalam perut ibu bukan punya ayah.
Nenek pun berang, lalu bilang agar anak itu digugurkan, tapi ayah bersikeras menolaknya. “Bagaimanapun juga itu juga sebuah nyawa,” tegas ayah.
Diriku pun lahir, namun karena ibu tidak tahu cara merawat anak, suatu ketika hampir saja aku mati dicekiknya. Karena itu aku dibesarkan oleh nenek sejak kecil dan nenek sering berkata, “Jangan bicara dengan wanita gila itu.”
Aku tumbuh menjadi seorang gadis yang suka mengasingkan diri dan aneh sifatnya. Setiap saat dilecehkan, aku selalu melampiaskannya pada ibu, “Ibu tahu bagaimana orang-orang memanggil saya, semua orang bilang aku anak haram, ibu dikatai gila! mengapa ibu melahirkan saya? mengapa tidak membiarkan aku mati saja?” aku berteriak pada ibu.
Aku memukulnya, memakinya, melemparnya dengan batu, tapi ibu selalu tertawa konyol. Suatu hari di sekolah, guru mengomeliku tidak berpendidikan, mengatai ibu gila. Saat pulang ke rumah, akupun mengambil sapu dan memukul ibu, tapi ibu tampak senang seperti sedang bermain-main dengan aku.
Setiap kali saat sedang berjalan bersama dengannya, selalu saja ada sekelompok orang yang kasak kusuk di belakang, menertawakanku. Karena tak tahan akupun menjauhkan diri dari ibu, sambil berteriak, “Pergi saja kau, bikin malu saja!”, kemudian ibu seakan-akan mengerti, selalu saja menjauh dariku, menatapku dari kejauhan, tidak berani mendekat.
Ketika di SMA, saat ada pertandingan olahraga, semua orang tua wajib hadir. Cukup lama aku membujuk ayah agar bisa hadir, tapi ayah justru menyuruh ibu yang hadir. Saat itu, aku merasa sangat malu, ibu berlari seperti orang gila di lapangan olahraga, sementara para siswa yang melihat itu pada berteriak, “Teman-teman, coba kalian lihat ada ibu gila,” suara tawa pun seketika menggema di lapangan olahraga.
Tak lama kemudian aku meninggalkan lapangan lebih awal, belakangan aku baru tahu kalau kaki ibu berdarah karena semangat larinya yang menggebu-gebu saat itu, dan ternyata ibu meraih juara kedua.
Saat kuliah semester II, sebelum pergi ibu memberi aku satu kantong warna hitam, ketika aku buka, tampak beberapa uang logam dengan nilai yang tidak seberapa. Ketika itu, mataku berkaca-kaca dan seketika aku pun menangis melihat semua itu. Saat itu, aku merenung mengapa aku selalu jahat kepadanya, padahal ia tidak bersalah.
Setelah lulus kuliah, aku mendapatkan pekerjaan di kota. Ketika itu, ada seorang pria yang mendekatiku. Dari semua aspek, kondisi keluarganya lumayan baik, dan rasanya sudah saatnya untuk tunangan. Aku pun berterus terang mengatakan kalau asalku dari desa dan punya seorang ibu yang mengidap keterbelakangan mental. Ketika itu orangtuanya menentang hubungan kami diteruskan, namun ia ternyata menolak permintaan mereka. Siapa suruh putranya suka sama aku.
Saat hendak menikah, barulah aku sadari ternyata begitu banyak penyesalan, menyesal tidak pernah bersikap baik kepada ibu. Dan tak disangka aku merasa berat untuk meninggalkan wanita yang menderita keterbelakangan mental itu.
Dalam acara pernikahan, beberapa kerabat dari suamiku menertawakan ibu, “Hei orang gila, coba kau merangkak belajar menggonggong seperti anjing, kita semua pasti akan mendo’akan kebahagiaan putrimu.”
Dan tak disangka, ibuku benar-benar melakukannya, segenap hadirin termasuk orang tua suamiku yang melihat aksinya itu pun tertawa. Aku benar-benar tak tahan melihat semua itu, kemudian aku menghampiri ibu dan menariknya untuk berdiri. Aku lalu mencium keningnya, dan berkata “Ibu, ayo kita pulang, pernikahan ini batal.”
Sontak semua tamu undangan pun melihat ke arah kami, semuanya tercengang diam tak bersuara. Aku tidak peduli lagi apa pun yang dikatakan nenek maupun mertua dan “suami yang tidak jadi itu,” karena aku kebih mencintai ibuku dibandingkan semua di dunia ini.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Nangis Bacanya !!! Kisah ...Aku sering memukul dan memarahi ibuku, namun setelah kejadian itu aku sangat menyesali itu semua..."

Post a Comment